Surat Filipi : Surat Sukacita di tengah waktu penderitaan

Filipi adalah kota pertama di bagian
Makedonia, suatu kota
perantauan orang Roma (Kis. 16:12). Jemaat di
Filipi adalah yang pertama di Eropa dan didirikan oleh Paulus, Silas,
Timotius dan Lukas dalam perjalanan penginjilan Paulus yang kedua pada
tahun 49-51M (Kis. 16:12-40). Dalam pelayanannya itu, pertama-tama
Paulus bertemu dengan beberapa wanita Yahudi yang berkumpul untuk berdoa
di pinggir sungai dan kemudian jemaat itu berkumpul di rumah Lidia,
seorang penjual kain ungu. Inilah cikal-bakal jemaat Filipi. Jemaat di
Filipi, seperti semua jemaat lain di Perjanjian Baru, terdiri dari
orang-orang kudus yang dipimpin oleh para penilik jemaat (para penatua)
dan diaken. Setelah itu, Paulus juga mengunjungi Filipi dalam
perjalanannya yang ketiga (Kis. 20:1-6).
Secara keuangan, walaupun anggota jemaat Filipi tidak kaya, mereka
mendukung pelayaan Rasul Paulus dengan memberikan persembahan kasih
serta memberikan bantuan untuk orang-orang Kristen yang miskin di
Yerusalem (2 Kor. 8:1-5). Karena hal inilah, Paulus memuji mereka.
Surat Filipi ditulis kepada jemaat di
Filipi kira-kira tahun 60-62M, sewaktu Paulus dipenjara di Roma. Filipi
merupakan salah satu surat yang disebut sebagai “surat penjara”, karena
ditulis oleh Paulus dari penjara di Roma. ”Surat-surat penjara” lainnya
adalah surat Efesus, Kolose dan Filemon (Kis. 28:16, 30-31). Hal yang
tampak sangat jelas dalam Surat Filipi adalah walaupun Paulus ditahan
dan diikat dalam penjara, namun hatinya tetap penuh sukacita sewaktu dia
mengingat jemaat-jemaat yang didirikannya, khususnya jemaat di Filipi.
Saat Paulus di penjara, jemaat di Filipi
mengutus Epafroditus, sebagai teman sekerja dan teman seperjuangan
Paulus, untuk melayani Paulus dalam penjara dan membawa pemberian jemaat
kepadanya (Fil. 2:25). Semasa pelayanannya, Epafroditus pernah jatuh
sakit (Fil. 2:26-27), tetapi sesudah ia sembuh, Paulus mengutus dia
kembali ke Filipi. Selain itu, Paulus juga bermaksud mengutus Timotius
sebagai anak rohaninya untuk melayani di antara mereka (Fil. 2:19-23).
Paulus juga berharap bahwa dia sendiri akan dilepaskan dari penjara,
supaya nanti akan mengunjungi mereka (Fil. 2:24). Ini semua menunjukkan
betapa Paulus, walaupun dipenjara (mengalami penderitaan), tetap hidup
kuat dan bersukacita dalam menjalankan fungsinya sebagai seorang rasul.
Tema dari surat Filipi adalah Kristus sebagai sumber sukacita, hidup,
kekuatan. Surat ini bagaikan panduan untuk hidup sehari-hari, bukan
serangkaian doktrin. Dengan mengerti dan menerima impartasi dari surat
ini, kita akan diperlengkapi untuk hidup sebagai orang Kristen yang
penuh sukacita dan kemenangan.
Mengapa Surat Filipi dapat menjadi
panduan hidup sehari-hari bagi orang Kristen? Penyebabnya adalah karena
Paulus mengemukakan tentang Kristus sendiri kepada jemaat di Filipi. Apa
saja yang ada dalam hidup kita adalah Kristus, kehidupanNya, tabiatNya,
pikiranNya, kekuatanNya, dan khususnya sukacitaNya.
Dalam pasal pertama, Paulus berbicara
tentang Kristus sebagai kehidupan kita. “Karena bagiku hidup adalah
Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Fil. 1:21). Segala sesuatu yang
terjadi terhadap Paulus, bahkan pemenjaraannya pun, justru menyebabkan
kemajuan Injil. Di sinilah nasehat Paulus untuk bersukacita dalam
kesusahan menjadi ”hidup”, karena ia sendiri menghidupnya. Lima kali
kata ”sukacita” (dalam Bahasa Yunani, ”chara”) (Fil. 1:4 & 25; 2:2
& 29; 4:1), dan 11 kali kata ”bersukacita” (dalam Bahasa Yunani.
”chairein”) disebut dalam Surat Filipi (Fil. 1:18; 2:17 & 18; 4:4;
2:28; 3:1; 4:10). Karena itu Surat Filipi sering disebut sebagai
”nyanyian sukacita” Paulus, dengan tema utamanya “Bersukacita dalam
Tuhan!” (Fil. 4:4).
Dalam pasal kedua, Paulus bicara tentang
Kristus sebagai teladan kita. Kristus diungkapkan sebagai Allah,
sebagai Manusia dan sebagai Yang dimuliakan (Fil. 2:5-11). Kita juga
dipanggil untuk memiliki pikiran dan perasaan Kristus Yesus, di mana
sebagai Allah Ia tidak mempertahankan kesetaraan dengan Allah. Yesus
justru mengosongkan diriNya sendiri untuk menjadi sama dengan kita.
Sebagai manusia, Ia pun menjadi seorang hamba dan merendahkan diriNya
sampai mati di kayu salib. Karena itu juga Yesus menjadi Yang Termulia,
ditinggikan dan diberikan nama di atas segala nama. Segala makhluk di
langit, di bumi dan di bawah bumi akan mengaku Yesus Kristus adalah
Tuhan! Ini berita yang luar biasa! Inilah berita yang disampaikan oleh
Paulus, berita yang menjadi dasar kehidupan kita! Kalau kita memiliki
pikiran dan perasaan seperti Kristus, Allah sendiri akan mengerjakan
kemauan dan kesanggupan di dalam kita. Timotius dan Epafroditus juga
menjadi teladan orang yang sudah melepaskan hak, merendahkan diri,
menjadi hamba dan melayani Kristus dan jemaat sebagai anak-anak Allah.
Dalam pasal ketiga, kita membaca tentang
Kristus sebagai tujuan kita. ”Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan
kuasa kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya, di mana aku
menjadi serupa dengan Dia dalam kematianNya.” (Fil. 3:10). Untuk
mengenal Dia, kita akan beribadah oleh Roh Allah, bermegah dalam Kristus
Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah (Fil. 3:3). Kita
tidak akan percaya pada hal-hal lahiriah, semua kedagingan akan dianggap
sampah. Kita tidak akan kembali ke hukum taurat dan “diyahudikan”
tetapi akan hidup dalam anugerah yang berdasarkan iman dan yang
menghasilkan kebenaran. Dengan Kristus sebagai tujuan kita, kita tidak
akan hidup sebagai seteru Kristus, seperti orang yang mendewakan perut
mereka. Kita menaruh pengharapan kita kepada Kristus yang akan
membangkitkan dan mengubahkan tubuh jasmani kita sehingga serupa dengan
TubuhNya. Saat Kristus dimuliakan, kita juga akan dapat bagian dalam
kemuliaanNya.
Kemudian dalam pasal keempat, Kristus
yang adalah kehidupan kita, teladan kita, tujuan kita, dapat dilihat
sebagai kekuatan, kesanggupan dan kuasa kita. Di dalam Kristuslah
terdapat kuasa untuk memperlengkapi kita, untuk hidup seperti Kristus
hidup di dalam dunia ini. “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia
yang memberi kekuatan kepadaku.” (Fil. 4:13). Dengan kuasa Kristus kita
dapat hidup dalam persatuan, dalam hubungan yang dapat mengatasi segala
perselisihan dan konflik. Euodia dan Sintikhe dinasihati supaya sehati
sepikir dalam Tuhan. Dengan kuasa Kristus kita dapat bersukacita dalam
segala sesuatu! Dengan kuasa Kristus kita dapat mengatasi segala
kekuatiran dengan doa, pemohonan dan pengucapan syukur! Dengan kuasa
Kristus kita dapat mengalami damai sejahtera yang luar biasa dan segala
pikiran kita dapat diubah menjadi tenang dan penuh kekudusan dan damai!
Dengan kuasa Kristus kita dapat hidup dalam kelimpahan atau kekurangan,
kekenyangan atau kelaparan. Mengapa? Karena dalam Kristus kita dapat
berkata dengan yakin, “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut
kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” (Fil. 4:19).
Surat ini menjelaskan bagaimana seorang
dapat hidup berkemenangan dan bersukacita di tengah aniaya, tekanan,
tantangan, penderitaan dan kesusahan. Kristus adalah hidup kita. Kristus
adalah teladan kita. Kristus adalah tujuan kita. Kristus adalah
kekuatan kita. Itu sebabnya, memiliki Kristus cukup untuk kita dapat
senantiasa bersukacita, karena memiliki Kristus adalah memiliki
segalanya.
No comments:
Post a Comment