2 Korintus : Ungkapan isi hati seorang hamba Tuhan

Dalam 1 Korintus Paulus menangani persoalan, masalah
dan pertanyaan di dalam jemaat dengan menulis berdasarkan akal dan
pikirannya. Ia menulis secara teratur dengan penuh logika dan pikiran
yang jelas, menegur jemaat dengan cukup keras. Namun dalam 2
Korintus, Paulus menulis dari hati dan perasaannya. Itu sebabnya, isi
Surat 2 Korintus ini penuh dengan luapan perasaan! Paulus mengerti
bahwa suratnya pertama yang keras cukup menyedihkan, dan sekarang ia
bermaksud untuk menghibur jemaat di Korintus, walaupun ia tidak
menyesalkan suratnya yang pertama itu (2 Kor. 7:8). Paulus tidak
menyesal, karena Surat 1 Korintus memang telah membawa perubahan dan
pertobatan di dalam jemaat itu.
Surat Paulus ini yang paling emosional dan personal dari semua
suratnya. Dalam 2 Korintus, Paulus membuka hatinya kepada mereka supaya
mereka dapat lebih mengerti siapakah Paulus dan timnya dan apa
motivasinya. “Aku menulis kepada kamu …supaya kamu tahu betapa
besarnya kasihku kepada kamu semua.” (2 Kor. 2:4). Ia menulis surat
itu supaya mereka juga membuka hati mereka kepada dia. “Berilah
tempat bagi kami di dalam hati kamu!” (2 Kor. 7:2). Dengan surat ini,
ia mau menghibur mereka. Di sinilah kita melihat dalam Tubuh
Kristus, betapa pentingnya hubungan pribadi yang didasarkan kasih!
Begitu personalnya Surat 2 Korintus ini, hingga dalam
surat ini juga Paulus membuka dua dari pengalamannya yang sangat
pribadi. Yang pertama adalah rasa sukacita dan kemuliaan waktu ia
mengalami visi tentang langit ketiga (2 Kor.12:1-6), dan yang kedua
adalah rasa dukacita dan pergumulan khusus yang disebut sebagai “duri
dalam dagingnya” (2 Kor. 12:7).
Selanjutnya, dilihat dari isi/temanya, Surat 2
Korintus terdiri dari tiga bagian. Pertama, Paulus menjelaskan
motivasi dan perasaan hatinya sesudah menerima laporan Titus. Paulus
sangat bersukacita karena dampak suratnya yang pertama sudah
menghasilkan pertobatan yang sungguh. Banyak di antara mereka sudah
menerima nasehatnya, sudah bertobat dan sudah mengubah sikap dan
tindakannya. Dia juga memberi instruksi untuk mengampuni dan terima
kembali orang yang berdosa itu yang disebut dalam 1 Korintus (1 Kor.
5:1) karena orang itu sudah sungguh-sungguh bertobat (2 Kor. 1:1 -
7:16)
Kedua, bagian tentang keuangan dan memberi. Paulus
membicarakan pemberian kasih yang dikumpulkan untuk orang kudus di
Yerusalem. Ini adalah pemberian yang sudah disebut dalam 1 Korintus
16. Ia mendorong mereka untuk mengambil bagian dalam pelayanan itu (2
Kor. 8:1 - 9:15). Paulus juga menjelaskan tanggung jawab anggota
Kristus di dalam mendukung pekerjaan Tuhan dan pelayan-pelayan secara
finansial.
Ketiga, mengenai kedudukannya dan otoritas Paulus
sebagai seorang rasul. Di surat ini, Paulus membela kedudukan dan
otoritas itu, khususnya kepada mereka yang adalah jemaat di Korintus,
karena masih ada orang yang menolak Paulus sebagai rasul. Ia kuatir
terhadap pengaruh orang Yudea yang coba memaksa mereka kembali kepada
hukum taurat dan menghina serta menentang pelayanan Paulus sebagai
seorang rasul (2 Kor. 10:1 - 13:14). Memang ada banyak tuduhan yang
Paulus harus hadapi. Dia dituduh bahwa motivasinya salah dan bahwa
dia hanya cari uang untuk memperkayakan dirinya. Namun sebaliknya
pula, dia juga dituduh bahwa dia bukan rasul yang benar karena tidak
menerima bantuan keuangan dari gereja yang didirikannya (2 Kor.
11:8). Selain itu, ada tuduhan lagi bahwa Paulus adalah seorang yang
lemah, karena ia mengancam dengan tindakan keras dari jauh padahal tidak
pernah melakukannya. Dia dituduh saat berhadapan muka sikapnya lemah
dan perkataan-perkataannya tidak berarti, tidak pandai berkata-kata.
(2 Kor. 10:8-16 & 13:2). Karena itu, Paulus membela diri dengan
menceritakan pengalamannya (2 Kor. 11:22-33).
Secara umum, surat ini banyak membicarakan
penderitaan. Paulus sendiri menjelaskan bagaimana penderitaannya,
secara fisik dan secara rohani. Ia sendiri mengalami persoalan dan
tekanan dalam tubuhnya. Semua ini dapat dibaca dengan jelas dalam
“daftar penderitaannya” yang begitu banyak (2 Kor. 4:7; 5:1-4;
12:7-9). Walau demikian, bagi Paulus beban terbesar yang harus
dipikulnya adalah beban untuk semua jemaat. Paulus berkata, “Di samping
semuanya itu, setiap hari saya cemas juga akan keadaan semua jemaat.”
(2 Kor. 11:28 [IBIS]). Ternyata, dari antara semua jemaat, Korintus
yang menjadi beban paling berat untuk dia!
Salah satu beban besar ini adalah karena orang-orang
Yudea ingin “meyahudikan” gereja. Mereka berusaha “mengikat” orang
yang percaya agar harus disunat dan kembali dikuasai oleh hukum taurat
dengan memelihara sabat dan adat istiadat Yahudi (2 Kor. 11:20-22).
Paulus menyebut mereka ini sebagai rasul palsu dan pekerja-pekerja
curang yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus (2 Kor. 11:13). Dan
ternyata, pergumulan ini terus terjadi bukan hanya di Korintus tetapi
di semua jemaat yang dibangun oleh Paulus.
Selain penderitaan, tentunya hal yang dibicarakan
Paulus adalah penghiburan Kristus. Dalam segala penderitaan Dia
menghibur kita supaya kita dapat menghibur orang lain dengan
penghiburan yang sama (2 Kor. 1:3-4). Kita juga perlu menghibur orang
yang pernah berdosa tetapi kini bertobat, supaya jangan mereka
binasa oleh kesedihan yang terlampau berat (2 Kor. 2:7). Semua ini
ditutupnya dengan is berdoa supaya Allah, sumber kasih dan damai
sejahtera, akan menyertai mereka (2 Kor. 13:11).
Demikianlah, melalui Surat 2 Korintus, kita melihat
Paulus sebagai rasul dengan tim rasuli sebagai pelayan-pelayan dari
perjanjian baru (2 Kor. 3:6), sebagai hamba kepada jemaat (2 Kor.
4:5), sebagai teman-teman sekerja (2 Kor. 6:1), sebagai pelayan Allah
(2 Kor. 6:4), sebagai bapa-bapa (2 Kor. 6:13) dan sebagai utusan
jemaat-jemaat (2 Kor. 8:23). Paulus menegaskan bahwa hubungannya
dengan mereka adalah berdasarkan kasih dalam konteks Tubuh Kristus,
yaitu organisme, dan bukan didasarkan pada otoritas posisinya atau
organisasi.
Surat 2 Korintus begitu penting karena di dalamnya
kita menyaksikan hati dan perasaan seorang hamba Tuhan yang
sebenarnya. Kiranya surat ini akan mendorong kita juga untuk menjadi
hamba Tuhan yang sejati yang dapat bertahan dalam penderitaan dan
bergiat untuk membangun jemaat Kristus.
No comments:
Post a Comment