Surat Roma: Lumbung Harta Kasih Karunia Allah

Surat Roma ditulis oleh Paulus dari Korintus kepada jemaat di Roma,
kira-kira pada tahun 56-58M sewaktu ia berada dalam perjalanan
penginjilan yang ketiga
(Kis. 18:23b – 21:16). Surat Roma ditulis oleh
tangan Tertius (16:22) sementara Paulus tinggal di rumah Gaius (16:23)
dan diantar ke Roma oleh seorang wanita yang bernama Febe (16:1-2). Febe
berasal dari Kengkrea, kota pelabuhan yang dekat dengan Korintus.
Paulus memahami latar belakang jemaat
Roma. Sebagian di antara anggota jemaat di Roma adalah orang-orang kafir
yang sudah bertobat dan dan sebagian lain adalah orang-orang Yahudi.
Semuanya menjadi pengikut Yesus, tetapi kemudian muncul persoalan dan
pertentangan di antara mereka. Paulus menulis kepada jemaat Roma supaya
baik orang kafir maupun orang Yahudi dapat sungguh-sungguh mengerti inti
dan makna Injil, supaya yang kafir jangan kembali kepada kekafiran dan
yang Yahudi jangan kembali kepada kehidupan di bawah Hukum Taurat.
Paulus ingin agar setelah mengerti Injil, mereka bersama-sama menjadi
satu umat yang menikmati kuasa Injil.
Di dalam surat Roma, lebih dari 70 kali
Paulus mengutip dari Perjanjian Lama, yaitu dari tulisan Musa, dari
Mazmur, dari kitab nabi-nabi, dan dari kitab sejarah. Ini dilakukannya
karena ia ingin memberikan penekanan khusus sejak di bagian awal
suratnya bahwa Injil pertama disampaikan kepada orang Yahudi dan baru
sesudah itu kepada orang Yunani (Roma 1:16). Sebagaimana Firman Tuhan
pertama datang kepada orang Yahudi dalam Perjanjian Lama, Injil pun
lebih dahulu diberitakan kepada orang Yahudi. Perjanjian Lama menjadi
dasar untuk Perjanjian Baru.
Surat Roma memang ditulis untuk
menjelaskan Injil (Roma 1:16-17). Di dalamnya ada prinsip-prinsip dasar
pengajaran Injil, yaitu: dosa, kebenaran, iman, pertobatan, keselamatan,
kasih karunia dan cara hidup pengikut Injil Kristus. Surat Roma
merupakan kunci yang membuka pengertian akan Injil. Prinsip-prinsip ini
ditulis bukan hanya untuk dipahami oleh orang Roma yang hidup kira-kira
2000 tahun yang lalu, tetapi juga untuk pemahaman kita yang hidup pada
tahun 2012 ini.
Hal pertama yang Paulus ingin supaya
kita mengerti adalah dosa. Injil tidak dapat dimengerti kecuali kita
lebih dahulu menyadari dengan jelas bahwa semua manusia adalah orang
berdosa yang perlu menerima keselamatan. Dalam pasal 1-3, Paulus
menjelaskan makna dosa. Dengan sangat jelas, kita dihadapkan dengan
kenyataan bahwa semua orang sudah berdosa, baik orang kafir maupun orang
Yahudi. Kita melihat bagaimana manusia yang tidak mau percaya kepada
Tuhan terjun ke dalam segala macam kejahatan. Peelajari Roma 1:18-32 dan
perhatikan bagaimana manusia terjerumus ke dalam dosa. Pasal 2
menjelaskan bahwa orang Yahudi walaupun mengenal, mengajar dan berusaha
melakukan Hukum Taurat, masih tetap hidup dalam dosa. Segala usaha untuk
menggenapi Hukum Taurat, semua perbuatan dan usaha ketaatan ternyata
masih belum sanggup untuk menjadikan manusia benar. Dalam pasal 3 Paulus
menuliskan kesimpulan bahwa tidak ada orang yang benar, tidak ada
satupun! Keselamatan dan kebenaran hanya diperoleh berdasarkan iman!
Yang kedua, Paulus ingin supaya kita
mengerti akan kebenaran. Dalam pasal 4-5 dijelaskan bagaimana kebenaran
datang hanya oleh iman dan bukan oleh perbuatan Hukum Taurat. Inilah
inti Injil: kebenaran oleh iman, bukan oleh perbuatan. Selain itu Paulus
juga menjelaskan bagaimana Abraham (menurut kitab Kejadian) dan Daud
(menurut kitab Mazmur) juga dibenarkan oleh iman. Dari kehidupan mereka
juga ditunjukkan bagaimana orang kafirpun boleh diselamatkan. Daud
dibenarkan walaupun dia berdosa, karena dosanya diampuni oleh anugerah,
kasih karunia Allah yang diberikan kepada orang yang percaya (4:6-8).
Abraham dibenarkan oleh iman sebelum disunat (4:12) dan sebelum Hukum
Taurat diberikan (4:13). Adam adalah manusia pertama yang berdosa dan
dihukum dan Kristus digambarkan sebagai Adam kedua yang hidupnya benar
dan membawa keselamatan dan kehidupan yang kekal (5:12-21).
Yang ketiga, Paulus ingin supaya kita
mengerti akan kehidupan. Menurut pasal 6 kita dipanggil untuk hidup
bebas dari kuasa dosa. Dalam baptisan kita mati dan dikuburkan dengan
Kristus dan dibangkitkan untuk mengalami hidup yang baru, bebas dari
kuasa dosa dan maut sebagai hamba Kristus, bukan lagi hamba dosa.
Menurut pasal 7 kita dapat hidup bebas dari kuasa Hukum Taurat. Hukum
Taurat hanya menuduh, menghakimi dan mengikat kita dengan menunjukkan
bahwa kita adalah orang berdosa yang patut dihakimi dan tidak berkuasa.
Hukum itu sama sekali tidak dapat membenarkan, tidak dapat
mengimpartasikan kebenaran dan tidak dapat memerdekakan dari dosa.
Menurut pasal 8 kita dapat hidup bebas dari kuasa daging, yaitu hawa
nafsu dosa atau manusia lama. Roh Kudus di dalam kita menyaksikan bahwa
kita bukan hanya anak-anak manusia melainkan kita juga adalah anak-anak
Allah. Kita hidup dalam Roh. Kita hidup penuh dengan pengharapan akan
kemuliaan Allah. Di sini dinyatakan maksud abadi Allah. Segala makhluk
pun bersama kita sedang merindukan dan menanti-nantikan kemerdekaan
kemuliaan anak-anak Allah.
Di pertengahan surat Roma ada tiga pasal
yang berbicara tentang bangsa Israel, umat pilihan Tuhan. Ketiga pasal
ini sangat penting sebagai tema inti dalam Perjanjian Baru, yaitu, umat
Allah terdiri dari orang Yahudi dan orang kafir yang semua dipersatukan
menjadi satu umat pilihan Allah, satu bangsa yang kudus. Ada penjelasan
bagaimana Israel adalah bangsa yang terpilih dan memiliki perjanjian
Allah untuk menjadi anak, kemuliaan, perjanjian-perjanjian, Hukum
Taurat, ibadah, dan janji-janji dan bagaimana mereka adalah keturunan
bapa-bapa leluhur, dan menurunkan Mesias dalam wujudNya sebagai manusia.
Namun Israel yang sebenarnya tidak didasarkan daging atau perbuatan
Hukum Taurat tetapi berdasarkan anugerah dan kehendak Allah (pasal 9).
Israel kemudian menjadi “bangsa yang tidak taat dan yang membantah” dan
menolak Firman yang disampaikan kepada mereka (pasal 10). Namun mereka
sendiri tidak ditolak oleh Tuhan. Ada suatu sisa dari antara mereka yang
tinggal karena kasih karunia. Umat Allah diibaratkan sebagai pohon
zaitun asli (bangsa Israel) yang dipotong cabangnya, (orang Yahudi yang
tidak percaya) kemudian cabang dari pohon zaitun liar (orang kafir)
dicangkokkan ke dalam pohon asli itu, membentuk satu pohon yang disebut
sebagai “semua Israel” (pasal 11).
Dengan semua kebenaran Injil yang sudah
dijelaskan ini, Paulus menganjurkan umat Tuhan untuk hidup berpadan
dengan Injil. Kita dipanggil untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai
korban persembahan yang hidup (12:1-2). Selain itu kita juga dipanggil
hidup sebagai anggota Tubuh Kristus dengan menggunakan karunia
masing-masing yang berbeda dan saling memberi dan menerima di dalam
persekutuan Kristus (12:3-21) Kita juga dipanggil hidup sebagai anggota
masyarakat yang tunduk kepada pemerintah dengan taat kepada otoritas dan
bayar pajak. Seperti inilah cara hidup kita sebagai orang-orang yang
sudah mengalami kebenaran Injil.
Semuanya ini kita lakukan bukan karena
tuntutan Hukum Taurat, tetapi karena status dan posisi kita sebagai
pengikut Tuhan Yesus Kristus yang diperlengkapi di dalam Dia, hidup
dalam terang dan sadar bahwa waktu sudah singkat karena Dia akan segera
datang kembali (pasal 13). Dijelaskan juga oleh Paulus bahwa kita
bertanggung jawab kepada saudara-saudara kita. Kita tidak hidup untuk
diri sendiri tetapi untuk Tuhan dan karena itu kita perlu memperhatikan
saudara yang lemah. Masalah seperti sabat, makan daging yang
dipersembahkan kepada berhala, minum anggur, dll, perlu diselesaikan
bukan dengan perdebatan tentang Hukum Taurat tetapi oleh prinsip kasih
kepada saudara-saudara kita. Karena itulah, kita tidak boleh menghakimi
atau menghina saudara lain walaupun ada perbedaan pendapat (pasal 14).
Kita hidup bersama oleh iman dan kasih Kristus, bukan oleh Hukum Taurat.
Paulus menutup suratnya dengan
menganjurkan jemaat Roma untuk tetap hidup dalam kasih persaudaraan
(pasal 15). Ia juga secara khusus mengirimkan salam kepada 26 orang,
laki-laki dan perempuan, yang telah dikenalnya. Kita dapat melihat di
sini bahwa Paulus menghargai hubungan pribadi dengan masing-masing orang
dan mengasihi mereka secara personal. Di antara mereka yang dikirimi
salam oleh Paulus ini ada rekan-rekan sekerjanya, ada anggota
keluarganya, maupun teman-teman selama di penjara. Dari pasal ini kita
dapat melihat bahwa jemaat di Roma terdiri dari beberapa persekutuan
orang Kristen yang berkumpul di rumah-rumah, yaitu gereja-rumah
(“house-churches”). Jemaat ini tidak terdiri dari kumpulan besar di satu
gedung gereja. Juga perhatikan bahwa tidak ada satu “gembala” atau
“pendeta” khusus yang memimpin jemaat di Roma, tetapi ada kepemimpinan
yang majemuk (pasal 16).
Demikian pentingnya isi surat Roma yang
ditulis oleh Paulus ini, hingga Martin Luther menulis: “Surat ini adalah
kitab utama dalam Perjanjian Baru, Injil yang paling murni. Seharusnya
bukan saja setiap katanya perlu dikenal oleh setiap orang Kristen,
tetapi juga menjadi pokok renungan hari demi hari, menjadi roti bagi
jiwanya.” Sungguh, surat Roma ini bagaikan lumbung yang penuh harta
mulia yang mengekspresikan kasih karunia Allah bagi umatNya.
(oleh: Annette Hammond)
No comments:
Post a Comment