Israel di Zaman Byzantium-Arab (638M-1099M)

Dalam bukunya,
“Arab and Jew in the Land
of Canaan” dijelaskan oleh Ilene Beatty bahwa ada pelbagai suku bangsa
yang datang di Kanaan dan mereka “merupakan tambahan, kelompok-kelompok
yang dicangkokkan pada pohon silsilah penduduk Palestina. Para penyerbu
Arab di abad ke-7M telah mengislamkan sebagian besar penduduk asli dan
sejak itu telah bermukim sebagai penduduk, dan kawin-campur dengan
penduduk asli sehingga semua orang di sana kemudian mengalami Arabisasi
sampai kita tidak dapat menyatakan kapan peradaban Kanaan berakhir dan
kapan peradaban Arab mulai.”
Orang-orang Yahudi dibagikan antara
Yahudi Arab, Yahudi Eropa, Yahudi Asia dan Yahudi Afrika. Kenapa ada
sekelompok yang disebut ’Yahudi Arab’? Ini terjadi karena di sepanjang
sejarah Timur Tengah ada sejumlah besar orang Yahudi yang mengalami
Arabisasi bahasa dan kebudayaan walaupun mayoritas orang Yahudi tidak
menjadi penganut agama Islam.
Kemenangan dan Pemerintahan Arab di Israel (635M-638M)
Sesudah kematian Muhammad, Islam telah
mulai berekspansi ke negara-negara yang lain dengan tujuan akhir,
menggenapi seruan jihadnya untuk menghancurkan kekuasaan Kerajaan
Bizantium dan Kekristenan dan merebut kota Konstantinopel.
Tentara-tentara jihad telah masuk dan menguasai kota Yerusalem sekitar
tahun 635-638. Namun pada masa itu kota Yerusalem lebih dikenal dengan
nama Romawi, Aelia, sampai abad ke-10 ketika diberi nama bahasa Arab,
al-Quds (Kota Kudus). Wilayah Yerusalem ataupun wilayah Palestina-Israel
tidak pernah dipimpin bangsa-bangsa Arab sebagai sebuah ’bangsa’. Ketua
Delegasi Syria di Konferensi Perdamaian Paris, Februari 1919
mengatakan: "Satu-satunya dominasi Arab sejak dikuasai pada tahun 635M
hanya bertahan, pada dasarnya, 22 tahun".
Wilayah it hanya didominasi secara
"politik" saja sehingga dapat dikatakan bahwa orang-orang Yahudi
“kehilangan tanahnya”, karena tidak pernah mereka meninggalkannya
sehingga kosong secara fisik, ataupun meninggalkan klaimnya atas wilayah
itu sebagai bangsanya.
Selanjutnya kota Yerusalem adalah kota
kudus untuk tiga agama keturunan Abraham (Yahudi, Kristen dan Islam).
Waktu tentara-tentara Arab mengambil alih kota Yerusalem, mereka telah
menduduki lokasi-lokasi sakral yang telah menjadi tujuan ziarah Kristen
dan Yahudi. Mulai dari waktu itu sudah ditanam benih-benih konflik
tentang hak milik semua lokasi sakral yang kemudian diperebutkan umat
Kristiani selama Perang Salib bahkan sampai masa kini oleh kaum Yahudi,
khususnya Bukit Moria, tempat Abraham mempersembahkan anaknya kepada
Tuhan, yang juga adalah lokasi Bait Suci Solomo dan hari ini lokasi Quba
Emas dan Mesjid Al-Aqsa.
Membangun Mesjid Umar, atau Quba Emas
Umar (kalif pertama), waktu tiba di
Yerusalem meminta agar diantar ke Bukit Bait Suci, suatu pengakuan bahwa
agama Islam menerima dan mengakui tradisi para nabi Ibrani. Setelah
mencapai puncak Bukit itu, Kalif Umar merasa mual melihat daerah itu
telah menjadi daerah pembuangan sampah oleh orang-orang Kristen sebagai
penghinaannya terhadap agama orang-orang Yahudi. Umar, karena telah
menghormati orang-orang Yahudi, telah memberi perintah agar lokasi itu
dibersihkan. Tindakan tersebut menjadi langkah pertama untuk
mempersiapkan lokasi sakral Yahudi menjadi lokasi ibadah Muslim.
Pada awal zaman Arab, mayoritas penduduk
Yerusalem beragama Kristen. Konstruksi Dome of the Rock, Quba Emas itu,
pada tahun 691, gedung sakral Muslim pertama di Israel, bertujuan
menyaingi Gereja Makam Kudus. Baik Quba Emas, yaitu Dome of the Rock dan
Gereja Makam Kudus dibangun berdasarkan gambar bentuk dan ukuran yang
sama, tetapi Dome of the Rock dihiasi dengan ayat-ayat anti
Ketritunggalan Allah dari Al-Qur’an. Awalnya, orang-orang Muslim seperti
yang dilakukan orang-orang Yahudi di Arab Saudi, telah menghadap ke
Yerusalem waktu berdoa. Namun, pada waktu orang-orang Yahudi yang adalah
mayoritas penduduk Medina telah menolak kerja sama secara agama dan
politik dengan umat Islam bahkan menolak klaim kenabian Muhammad, maka
ada pewahyuan baru yang turun dari Allah yang memerintahkannya
memindahkan arah doa, kiblat, dari Yerusalem ke Mekka (John L. Esposito;
Islam: the Straight Path; Oxford University Press: New York, 1991;
hal.16).
Quba Emas dibangun di atas lokasi Bait
Suci Herodes dan dekat dengan Tembok Ratapan, satu-satunya bagian dekat
Bait Suci Solomo yang masih ada. Ajaran tradisi-tradisi Islam
menunjukkan bukit batu kudus itu sebagai tempat awal kenaikan Muhammad
ke Surga untuk menerima pewahyuan akhir Allah dalam bahasa Arab.
Dalam membangun Quba Emas, para pemimpin
Arab di Palestina telah menyampaikan respek mereka untuk kota
Yerusalem, sebagai kota para nabi dari Abraham ke Musa ke Yesus, dan
berakhir dengan Muhammad, “meterai para nabi.” Quba Emas adalah monumen
Islam tertua di dunia dan untuk kebanyakan orang adalah yang terhebat.
Pembangunan Quba Emas telah menjadi simbol kemenangan Islam atas agama
Yahudi, agama Kristen, dan rasa tidak aman umat Islam di dalam sebuah
kota yang mayoritas Kristen sampai Salah al-Din mengusir para Laskar
Salib dari Yerusalem pada tahun 1187. Dalam membuat Quba Emas sebagai
kopian Gereja Makam Kudus yang lebih tinggi dan lebih mulia agar menjadi
saksi nyata kepada semua orang Yahudi dan Kristen, tentang kuasa dan
keabadian agama Islam di Kota Kudus (Idinopulos, Thomas A.; Jerusalem
Blessed, Jerusalem Cursed; Ivan R. Dee: Chicago; 1991; pg. 207).
Kalif Umar juga telah memenuhi aspirasi
umat Yahudi dengan menolak permintaan para pemimpin Gereja untuk menolak
izin untuk orang-orang Yahudi memasuki kota Yerusalem. Kebencian umat
Kristen terhadap orang Yahudi di zaman itu sangat kuat karena umat
Yahudi dianggap pembunuh Mesias. Pada tahun 638, setelah hampir 500
tahun orang-orang Yahudi dilarang masuk Yerusalem, maka komunitas Yahudi
diizinkan lagi masuk dan tinggal di Yerusalem. Lalu sebagian kota
Yerusalem dibangun kembali oleh masyarakat Yahudi di kota Solomo dan
kota Daud (Idinopulos, Thomas A.; Jerusalem Blessed, Jerusalem Cursed;
Ivan R. Dee: Chicago; 1991; pg. 214).
Orang Yahudi di Palestina-Israel di sepanjang zaman
Di balik propaganda bahwa orang-orang
Yahudi setelah 1900 tahun meninggalkan tanah itu dan hanya belakangan
“kembali lagi” ke Palestina-Israel dan menemukan tanah itu sekarang
diduduki "Arab Palestina" adalah asumsi yang tidak benar. Walaupun
mayoritas orang Israel telah mengungsi dari daerah Palestina-Israel,
fakta sejarah menunjukkan bahwa ada seratus ribu orang Yahudi yang tidak
pernah meninggalkan daerah itu bahkan ada banyak orang Yahudi yang
menjadi penduduk di bangsa-bangsa lain di kawasan itu, seperti di Syria,
Arab Saudi, Mesir, Yaman, Irak, Iran, Turki dan Etiopia, selain yang
mengungsi ke Eropa dan Afrika (Palestine Royal Commission Report
(London, 1937), pp. 2-5, 7, 9, khususnya hal. 11, para. 23).
James Parkes, seorang ahli tentang
hubungan Yahudi/non-Yahudi di Timur Tengah telah menganalisa “hak milik
tanah” masyarakat Yahudi sebelum tahun 1948 dalam bukunya Whose Land? A
History of the Peoples of Palestine (Harmondsworth, Middlesex, Great
Britain: Penguin Books, 1970, p. 26,31,266). Diungkapkannya bahwa
ternyata sejarah orang Yahudi setelah perlawanan Bar-Cochba di Masada
tidak berakhir tetapi mereka telah mempertahankan eksistensi mereka di
sepanjang sejarah walaupun ada banyak perlawanan terhadap kehadiran
mereka secara fisik dan rohani di tanah tersebut, bahkan mereka tidak
pernah menyerahkan klaim dan hak milik mereka yang dimilikinya sejak
zaman eksodus (keluaran) dari Mesir dan masuknya Kanaan sekitar tahun
1500sM.
Pada tahun 438M orang-orang Yahudi dari
Galilea dengan optimis mendeklarasikan bahwa, "masa pembuangan kami
sudah berakhir" ketika Ratu Eudokia mengizinkan orang Yahudi berdoa di
lokasi Bait Suci, tetapi tak lama kemudian mereka dibuang kembali dari
Yerusalem (Avraham Yaari, Igrot Eretz Yisrael (Tel Aviv, 1943), p. 46).
Penemuan arkeologi telah membuktikan
bahwa orang-orang Yahudi telah menyambut dengan senang bahkan bergabung
dengan tentara Persia pada tahun 614M dan "telah mengalahkan pasukan
Byzantium, penjaga Yerusalem," dan telah menguasai kota itu selama lima
tahun (A. MaIamat, H. Tadmor, M. Stern, S. Safrai, Toledot Am Yisrael
Bi'mei Kedem (Tel Aviv, 1969), p. 348, dikutip oleh Katz, Battleground,
p. 88). Dua dekade kemudian, tahun 635-638, waktu tentara Arab masuk
ternyata orang-orang Yahudi “telah menderita intoleransi dan kekerasan
rejim Kristen selama tiga abad.” (Parkes, Whose Land? p. 72.) Karena
itu, harapan orang-orang Yahudi adalah mereka menjadi bebas dari
dominasi rejim Kristen sehingga mereka menyambut tentara Arab sebagai
tentara pemerdeka.
Tentara Arab Muslim yang masuk Yerusalem
pada abad ke-7 telah menemukan masyarakat Yahudi yang sangat nyata.
Pada waktu itu, "kita memiliki bukti bahwa orang-orang Yahudi telah
tinggal di berbagai sudut bangsa itu dan di kedua tepi Sungai Yordan,
dan bahwa mereka mendiami baik kota-kota dan desa-desa, dengan tetap
melakukan perkebunan dan berbagai kerajinan tangan." Sejumlah orang
Yahudi juga telah tinggal di Lydda dan Ramle.”Masyarakat besar dan
penting” orang-orang Yahudi telah tinggal juga di "Askalon, Kaesaria dan
lebih lagi di Gaza, yang dijadikan sejenis Ibu Kota setelah mereka
diusir dari Yerusalem."( Parkes, Whose Land? P.72 dan A Mediterranean
Society, 3 vols. Berkeley, Los Angeles, London, 1971, vol. 2, p. 61).
Al-Waqidy, ahli sejarah Arab abad ke-9
mengatakan bahwa Yerikho juga punya masyarakat Yahudi. Pada abad ke-7
ada juga bukti masyarakat Yahudi di Yerikho (Itzhak Ben-Zvi, The Exiled
and the Redeemed, Philadelphia, 1961, p. 146). Al-Waqidy yang datang
dari Medina, dan telah mengunjungi Khaibar tak lama setelah terjadi
suatu tragedi pembantaian Yahudi di situ pada abad ke-9. Dia mengatakan
bahwa masyarakat Yahudi di Khaibar adalah mereka yang telah diusir dari
Medina, dan sejak waktu itu orang-orang Yahudi tidak pernah lagi
diizinkan tinggal di Medina. Dasarnya adalah implementasi dekrit
Muhammad oleh Kalif Omar, “Jangan mengizinkan dua agama berada di
Semenanjung Arabia” (Ibid., hal. 146). Masyarakat Yahudi yang pada waktu
itu bergabung dengan Islam diizinkan tinggal di Medina sampai abad
ke-13 (Dikutip dari Sheikh Abd Allah Al Meshad, dalam D.F. Green, ed.,
Arab Theologians on Jews and Israel (Geneva, 197 1), p. 22).
Zaman Khilafah Umayyad dan Abbasid
Khilafah Umayyad, telah meluas di
seluruh Timur Tengah. Spanyol, Portugal bahkan sampai ke perbatasan
Perancis dan India. Memang abad ke-7 dan ke-8 telah menyaksikan kemajuan
teratorial Islam yang memulai zaman emas Islam dalam berbagai bidang.
Kemajuannya telah melihat Syria jatuh pada tahun 634, Yerusalem 638,
Mesir 638, Persia (Iran) 640, Afrika Utara 689, Portugal dan Spanyol 711
sampai Khilafah Umayyad diganti dengan Khilafah Abbasid pada tahun 750.
Setelah
Khilafah Abbasid berkuasa di wilayah Palestina-Israel, peranan kota
Yeruslem menurun drastis. Damaskus yang adalah ibu kotanya Khilafah
Umayyad lalu Bagdad menjadi ibu kota Khilafah Abbasid. Daerah
Palestina-Israel tidak lagi menjadi perhatian besar para sejarawan
sampai muncul Perang Salib yang telah mulai tanggal 27 Nopember 1099.
Masa Perang Salib itu akan dibahas di dalam artikel berikut.
Akhirnya,
di sepanjang sejarah, sejak Israel menduduki wilayah Palestina di bawah
pimpinan Yosua pada tahun 1500sM sampai masa jaya Islam di Timur Tengah
tak pernah putus ada masyarakat Yahudi yang tetap menduduki wilayah
itu, telah mengklaimnya sebagai Tanah Airnya, bahkan yang mengklaim
mereka adalah korban jajahan, dari zaman Asyur, Babelonia, Yunani,
Romawi, Kristen Bizantin bahkan sampai ke zaman Arab.
Bulan depan kita akan melihat dampak Perang Salib. (Dr. Jeff Hammond)
No comments:
Post a Comment